Welcome to Bahari Note - Selamat Datang di Bahari Note - Sugeng Rawung Ing Bahari Note

Aug 15, 2016

Mudah lelah ? mungkin Gejala Anemia

Anemia Kekurangan HB
Salam sejahtera saya sampaikan kepada pembaca sekalian, semoga kita selalu dalam keadaan sehat. Pada kali ini saya akan menceritakan kronologi atau dibilang perjalanan saya dari sudut kesehatan.

Sudah 2 (dua) tahun lebih saya mengalami Anemia kekurangan HB yang bisa dibilang intensitasnya sering. Awal mula saya mengetahui hal ini setelah dilakukan tindakan tes darah lengkap di laboratorium. Lama sebelum saya diberikan tindakan tes darah lengkap kondisi saya memang sudah sering sakit. Hanya saja diagnosanya berbeda.



Terdiagnosa menderita TB+ saat duduk di kelas 3 SMP, sekitar tahun 2004 pas pada saat mengikuti jalannya Ujian Kelulusan. Wah betul-betul saya anggap perjuangan untuk lulus, selain harus belajar tekun dengan berusaha untuk bangun pagi dan rajin berdoa, saya juga harus berjuang melawan rasa sakit akibat TBC yang saya derita. Susah tidur, sesak nafas, kepala berat, senut-senut, susah makan harus selalu dilawan demi keinginan saya untuk sehat dan tentunya untuk bisa konsentrasi belajar. Rutin minum obat TB yang waktu itu saya dapat dengan berobat ke tempat pengobatan khusus paru yang waktu itu masih membayar kira-kira yang saya ingat sekitar Rp 100.000,- setiap kali kontrol berobat dengan obat yang banyak jenisnya. Ditambah pada saat menjalani ujian saya harus pakai masker yang rapat untuk menghindari penularan ke teman-teman, sambil mengikat kepala karena rasa sakit di kepala yang berat dan harus istirahat dan belajar sendirian karena teman-teman yang menghindar karena tahu saya sedang sakit menular. Syukur masih ada beberapa teman yang kadang menemani belajar. Pengobatan rutin saya jalani hingga selesai tahap pengobatan 6 bulan dan saya sudah bersekolah di SMK.

Negatif dari virus TB, saya menjalani kegiatan selayaknya siswa SMK umumnya. Bersekolah dengan rutinitas yang padat, mengikuti ekskul olahraga, pramuka bahkan keanggotaan OSIS dan Kepengurusan organisasi lainnya. Ikut kegiatan beladiri, kegiatan ini dan itu. Kondisi kesehatan yang menurun mulai saya rasakan diwaktu kelas 3 SMK.  Setelah lulus dari SMK dan mulai bekerja penurunan kondisi kesehatan saya rasakan semakin sering dan drastis.

Karena kondisi tersebut saya beberapa kali pindah tempat kerja hingga akhirnya istirahat dan lama tidak bekerja untuk berobat. Namun karena biaya yang pas-pasan pengobatan yang saya lakukan  hanya berobat ke dokter umum yang praktek sore hari dan sering juga dibawa orang tua untuk berobat alternatif kesana kemari. Lambat laun keadaan tubuh bertambah kurus dan lemah (cepat lelah). Walau begitu karena semangat ingin mendapat pekerjaan seperti teman-teman yang lain, saya mencoba bekerja kembali sebagai pembantu umum sebuah instansi.  Di tempat kerja inilah pada saat saya mengalami kondisi tubuh yang drop saya diberikan bantuan untuk berobat di medis dan awal mula darah di tes laboratorium secara menyeluruh.

Barulah diketahui bahwa saya mengalami penurunan kadar HB yang drastis (4 gr/dl) disertai dengan kondisi pencernaan yang menurun. Dengan biaya bantuan pemerintah daerah pada saat itu dan diagnosa awal aspendik siris disertai anemia diberikan rujukan ke rumah sakit umum daerah untuk rawat inap dan diberikan terapi pengobatan awal perbaikan kondisi tubuh dengan menambah cairan elektrolit tubuh, perbaikan kondisi lambung dengan terapi albumin dan tranfusi darah untuk membantu meningkatkan kadar HB hingga 10,3 gr/dl.
Setelah sempat bertahan ½ tahun dan dilakukan tranfusi lanjutan, kadar HB juga sempat bertahan selama satu tahun lalu  dilanjutkan berobat jalan dengan terapi obat Transamin 3x1, Rani 2x1 dan Cefixsim 2x1 mulai dari september 2013 (12/9/2013).

Dengan pengecekan HB rutin saat berobat jalan, tingkat HB terus bertahan  dan mulai mengalami penurunan pada cek agustus 2014 (5/9/ 2014) dengan kadar HB 9,0 gr/dl.
Pada cek kesehatan november 2014 (22/11/2014), kadar HB menurun hingga 6,5 gr/dl sehingga harus terapi tranfusi dan HB meningkat kembali menjadi 10,3 gr/dl. Tetapi pada cek desember 2014 (24/12/2014) kembali menurun menjadi 6,8 gr/dl dan terapi tranfusi kembali hingga (27/12/2014) HB naik sekitar 10,2 gr/dl.
Sekembalinya dari tranfusi kali itu saya diberi rujukan untuk cek sel darah tepi dengan kesimpulan Anemia Mikrositik Hipokromik, Defisiasi Besi.
Dari saat itu dikarenakan rutinnya penurunan kadar HB yang saya alami sehingga hampir setiap bulan saya harus tranfusi hingga saat ini.

Yang awalnya diberikan obat penambah darah tetapi beberapa kali minum saya merasakan sakit di punggung jika meminum obat tersebut sehingga obat penambah darah seperti SF dihentikan dan rutin tranfusi dilanjutkan dengan terapi obat dan vitamin seperti ranitidin, asam folat (anemolat), methylprednisolone, lansoprazole, vitamin B6, omeprazole bahkan pada awal Januari 2016 ada dokter yang memberikan terapi ulang obat paru-paru 4FDC hingga selesai pada Juli 2016 yang diprogramkan ke puskesmas tempat faskes pertama kartu BPJS yang saya miliki.
Sedangkan pada bulan agustus 2016 ini saya dimulai programkan obat Sandimmun Neoral Ciclosporin 1x1hari.

Selain terapi pengobatan dan tranfusi yang saya jalani tentunya orang tua selalu memberikan menu makanan yang bergizi mengingat kebutuhan tubuh saya akan zat besi untuk meningkatkan kadar HB dalam darah. Menunya pun berganti-ganti dari daging sapi, daging kambing, daging ayam, ikan laut, ikan air tawar, belut, sayuran hijau, kacang hijau, tahu, tempe, telur ayam disertai dengan buah-buahan dan juga rutin minum perasan jeruk nipis untuk membantu penyerapan zat besi dalam pencernaan. Sedangkan untuk susu terkadang mengakibatkan diare dan perut sakit sehingga jarang saya mengkonsumsinya.

Tentunya disamping usaha berobat, terapi makanan saya selalu memanjatkan doa agar supaya segera diberikan kesehatan kembali agar bisa menjalani hidup, ibadah dengan lebih baik. Tidak henti-hentinya berharap, berdoa dan berusaha berobat dan bersemangat menjalani hidup tidak lepas juga dari dorongan semangat dari kedua orang tua dan adik laki-laki saya tersayang serta keluarga besar yang selalu mendoakan kesembuhan, bagaimana orangtua ibu-bapak mengurusi anak yang sudah dewasa dengan umur 26 tahun seperti anak kecil yang masih harus dicucikan bajunya, dimandikan, dibersihkan kotorannya, dijaga, ditunggu tidurnya yang hal itu rutin dilakukan disaat keadaan saya sedang lemah. Syukur alhamdulillah itulah yang bahwa saya masih diberikan berbagai macam hal yang sangat besar, sangat nikmat yang bisa saya rasakan dari sisi saya sakit yang semoga saya diberi kesembuhan dari sakit tersebut, ternyata Allah SWT benar-benar memberikan sesuatu adalah ada tujuannya.

No comments:

Post a Comment