Welcome to Bahari Note - Selamat Datang di Bahari Note - Sugeng Rawung Ing Bahari Note

Nov 7, 2016

Syukur dan Ikhlas : Mengartikan rasa syukur dan ikhlas menerima dipandang dari keseharian kita


Syukur cucu kita sudah lahir, anak dan ibunya sehat.....!
Dapat rangking 5 juga sudah lumayan nak, besok belajar lebih giat lagi biar bisa meningkat....!

Sering kita mengucapkan sebuah kata/ ungkapan untuk mengungkapkan rasa syukur kita akan adanya sesuatu, atau keadaan yang terjadi? Dan rasa ikhlas kita karena mungkin kehilangan sesuatu, kekurangan sesuatu, atau hal yang tidak diharapkan?

Berhubungankah ungkapan syukur itu dengan rasa ikhlas? Menurut Anda? Coba hubungkan dengan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar Anda. Pikirkan hal yang pernah Anda sangat syukuri, adakah perasaan ikhlas menyertainya atau harus menyertainya? Atau hal yang harus Anda ikhlaskan, adakah rasa syukur Anda terhadap hal yang telah Anda ikhlaskan itu?

Jadi seberapa seringkah Anda merasa bersyukur? Seberapa seringkah Anda harus ikhlas?

Kita mengungkapkan rasa syukur terhadap apa yang kita dapat dari yang kita harapkan atau mengikhlaskan hal yang terjadi yang mungkin tidak kita harapkan. Mungkin hanya hal-hal yang besar/ jarang terjadi. Tapi sebenarnya kita harus bisa menghadirkan rasa syukur dan ikhlas tersebut di setiap kegiatan kita, keseharian kita. Karena tanpa terasa rasa syukur dan ikhlas tersebut mempengaruhi peran kita di dunia ini sebagai individu manusia, bagian dari keluarga, kelompok, dan sebagai bagian dari masyarakat. Mempengaruhi sikap kita, sifat kita, perangai kita terhadap orang lain atau terlebih feedback kita terhadap suatu kejadian yang timbul baik dalam lingkup pribadi, kecil atau lingkup masyarakat.

Apa saja yang akan kita syukuri? Apa saja yang harus kita ikhlaskan? Seperti tadi dikatakan, hal besar atau jarang yang diharap-harapkan mungkin yang pertama akan terpikir. Tapi coba kita lihat hal-hal di bawah ini ...!, yang mungkin kita anggap sepele. Sebenarnya tidak boleh disebut sepele hanya saja karena saking seringnya jadi seperti terbiasa atau sudah di luar kepala atau lupa...?
Aku sehat, tubuhku lengkap, proporsional, aktifitas apapun jadi. Atau. Aku sakit-sakitan, cacat, kurus, kegemukan, susah beraktifitas.
Ayah ibuku baik banget, selalu menuruti apa kemauanku. Atau. Ayah ibuku terlalu tegas, apa-apa dilarang, ini itu tidak boleh.
Aku bisa sekolah tinggi, dapat kerja gampang, relasi banyak. Atau. Aku gak bisa sekolah, harus bantu cari uang kalau mau sekolah, susah cari kerja karena gak punya relasi.
Rumahku luas, adem dan nyaman, sawah hijau, pekarangan penuh sayur dan buah. Atau. Rumahku sempit, tanah pas sebatas pondasi boro-boro pekarangan atau malah ngontrak.
Kerjaku mapan, gajiku besar, cukup banget lah. Atau. Kerja serabutan, makan saja masih ngutang, bingung soal kiriman.
Bosku baik, akomodasi selalu dipenuhi, dapat bonus pula. Atau. Bosku perhitungan banget, kayak pengawas KPK, bayarannya sering telat, pas-pasan dan gak pernah dibonusi.

Atau yang ini !
Masakannya gosong, gak enak
Wah kadonya bagus banget
Waduh telat, tadi malem begadang sih
Brisik, apa-apa dikomentari
Wah udaranya segeeer banget
Yah hujan, yah banjir, yah mogok
..............sedang yang lain.............
Kok gak hujan-hujan, sudah kering, kebakaran pula

Banyak sekali hal yang selalu kita lihat, terima, lakukan yang sesuai atau tidak sesuai hasilnya dengan keinginan kita. Singkatnya, tiap hari, tiap jam, tiap menit selalu ada harapan dan keinginan dari hal yang belum dan/atau akan kita lakukan. Tentunya berharap dan ingin yang baik, hasilnya sesuai apa yang kita pikirkan. Sebagian kita hanya berharap dan ingin, sebagian lagi berusaha keras mewujudkannya atau berusaha sebisanya yang selanjutnya kita sebut proses. Itulah kita, berharap dan berkeinginan dan harus melewati proses untuk mewujudkannya dulu sedangkan hasil akhir sebenarnya kita belum tahu tetapi hanya mengira-ngira atau menerka.

Karena kita berpikir bahwa 1+1=2. Jadi kalau saya mau rangking 1, berharap jadi juara kelas maka saya harus belajar giat dan akan mendapatkan rangking 1 jadi juara kelas. Kalau belajarnya bersantai-santai tentu tidak mungkin jadi rangking 1, apalagi yang tidak belajar tidak akan mungkin dapat nilai baik.

Saya mau kaya, saya harus berharap uang banyak jadi harus bekerja giat, berdagang dengan tekun promosi sana promosi sini baru dapat penghasilan yang besar. Kalau bekerja santai, berdagang seadanya ya untungnya sedikit apalagi jika hanya menonton orang lain bekerja atau berdagang dan menunggu dikasih.

Kita berharap, jadi kita memang harus berusaha tetapi hasil adalah sesuatu hal yang sebenarnya bukan kuasa kita untuk mendahului jawabannya. Belum tentu yang lulusan S3 adalah akan menjadi bos, atau belum tentu yang tidak lulus SD hanya akan menjadi kuli. Belum tentu kita belajar siang malam dapat rangking 1. Belum tentu gencar berpromosi dagangannya akan laris.

Di dalam menerima hasil upaya, usaha kita inilah yang diperlukan adanya syukur dan ikhlas. Karena jika tidak ada unsur syukur dan ikhlas maka anak-anak yang sudah belajar giat siang malam dan hanya mendapat nilai yang biasa atau pas kebetulan jauh dari harapan akan merasa sia-sia yang dia usahakan. Atau karena orang tuanya tidak merasa syukur dan ikhlas maka anaknya tersebut dimarahi tanpa memberikan rasa penghargaan terhadap usaha giat belajarnya selama ini. Mungkin malah akan menjadikan rasa menyerah, atau berpikir belajar tidak belajar sama saja. Dan rasa berharap pun menjadi berkurang.

Pernah saya dengar orang tua yang berpendapat bahwa untuk apa sekolah tinggi-tinggi, paling juga kerja sama orang, hasilnya sama saja nguli. Apakah begitu benar?
Menurut saya kita sangat perlu harapan, kita juga harus tetap berusaha. Jadi kita tetap berharap masuk surga, berharap kaya, berharap sukses, berharap jadi bintang kelas lalu kita haruslah tetap berusaha, berusaha sebaik-baiknya kita bisa lalu kita harus menerapkan rasa syukur dan ikhlas agar harapan dan usaha kita yang mungkin hasilnya tidak sesempurna seperti apa yang kita pikirkan tetap menjadi hasil yang terbaik untuk kita. Itulah yang lebih baik, bukan untuk disesali, menjadi emosi dan menjadikan kita berhenti berharap, berhenti berusaha.

Karena semua hal di dunia ini adalah sebuah proses, semakin prosesnya baik tentunya nilainya akan menjadi baik. Sedangkan hasil bukan kuasa kita, karena yang kita dapat adalah memang itu yang terbaik untuk kita yang wajib kita syukuri dengan ikhlas.
Nilainya ada di harapan baik kita, proses yang kita jalani dengan benar untuk mewujudkannya dan rasa syukur dan ikhlas menerima setiap apa yang kita terima. Sehingga kita menjadi manusia/ individu yang selalu berpikir positif, memberi warna cerah bagi sekitar.
Anak sekolah yang selalu rajin belajar, berangkat sekolah tepat waktu. Pekerja yang tekun, loyal, jujur. Pemimpin yang tegas, berwibawa. Yang kesemuanya adalah manjadikan kita baik, dimanapun tempat, di situasi dan kondisi apapun, di waktu kapanpun.

aatypers@blogbahari

No comments:

Post a Comment