Syukur
cucu kita sudah lahir, anak dan ibunya sehat.....!
Sering kita mengucapkan sebuah kata/ ungkapan untuk mengungkapkan rasa syukur kita akan adanya sesuatu, atau keadaan yang terjadi? Dan rasa ikhlas kita karena mungkin kehilangan sesuatu, kekurangan sesuatu, atau hal yang tidak diharapkan?
Berhubungankah
ungkapan syukur itu dengan rasa ikhlas? Menurut Anda? Coba hubungkan dengan
kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar Anda. Pikirkan hal yang pernah Anda
sangat syukuri, adakah perasaan ikhlas menyertainya atau harus menyertainya? Atau
hal yang harus Anda ikhlaskan, adakah rasa syukur Anda terhadap hal yang telah
Anda ikhlaskan itu?
Jadi
seberapa seringkah Anda merasa bersyukur? Seberapa seringkah Anda harus ikhlas?
Kita
mengungkapkan rasa syukur terhadap apa yang kita dapat dari yang kita harapkan
atau mengikhlaskan hal yang terjadi yang mungkin tidak kita harapkan. Mungkin hanya
hal-hal yang besar/ jarang terjadi. Tapi sebenarnya kita harus bisa
menghadirkan rasa syukur dan ikhlas tersebut di setiap kegiatan kita,
keseharian kita. Karena tanpa terasa rasa syukur dan ikhlas tersebut
mempengaruhi peran kita di dunia ini sebagai individu manusia, bagian dari keluarga,
kelompok, dan sebagai bagian dari masyarakat. Mempengaruhi sikap kita, sifat
kita, perangai kita terhadap orang lain atau terlebih feedback kita terhadap
suatu kejadian yang timbul baik dalam lingkup pribadi, kecil atau lingkup
masyarakat.
Apa saja
yang akan kita syukuri? Apa saja yang harus kita ikhlaskan? Seperti tadi
dikatakan, hal besar atau jarang yang diharap-harapkan mungkin yang pertama
akan terpikir. Tapi coba kita lihat hal-hal di bawah ini ...!, yang mungkin
kita anggap sepele. Sebenarnya tidak boleh disebut sepele hanya saja karena
saking seringnya jadi seperti terbiasa atau sudah di luar kepala atau lupa...?
Aku sehat,
tubuhku lengkap, proporsional, aktifitas apapun jadi. Atau. Aku sakit-sakitan,
cacat, kurus, kegemukan, susah beraktifitas.
Ayah
ibuku baik banget, selalu menuruti apa kemauanku. Atau. Ayah ibuku terlalu
tegas, apa-apa dilarang, ini itu tidak boleh.
Aku bisa
sekolah tinggi, dapat kerja gampang, relasi banyak. Atau. Aku gak bisa sekolah,
harus bantu cari uang kalau mau sekolah, susah cari kerja karena gak punya
relasi.
Rumahku
luas, adem dan nyaman, sawah hijau, pekarangan penuh sayur dan buah. Atau. Rumahku
sempit, tanah pas sebatas pondasi boro-boro pekarangan atau malah ngontrak.
Kerjaku
mapan, gajiku besar, cukup banget lah. Atau. Kerja serabutan, makan saja masih
ngutang, bingung soal kiriman.
Bosku
baik, akomodasi selalu dipenuhi, dapat bonus pula. Atau. Bosku perhitungan
banget, kayak pengawas KPK, bayarannya sering telat, pas-pasan dan gak pernah
dibonusi.
Atau
yang ini !
Masakannya
gosong, gak enak
Wah kadonya
bagus banget
Waduh
telat, tadi malem begadang sih
Brisik,
apa-apa dikomentari
Wah udaranya
segeeer banget
Yah hujan,
yah banjir, yah mogok
..............sedang
yang lain.............
Kok gak
hujan-hujan, sudah kering, kebakaran pula
Banyak
sekali hal yang selalu kita lihat, terima, lakukan yang sesuai atau tidak
sesuai hasilnya dengan keinginan kita. Singkatnya, tiap hari, tiap jam, tiap
menit selalu ada harapan dan keinginan dari hal yang belum dan/atau akan kita
lakukan. Tentunya berharap dan ingin yang baik, hasilnya sesuai apa yang kita
pikirkan. Sebagian kita hanya berharap dan ingin, sebagian lagi berusaha keras
mewujudkannya atau berusaha sebisanya yang selanjutnya kita sebut proses. Itulah
kita, berharap dan berkeinginan dan harus melewati proses untuk mewujudkannya
dulu sedangkan hasil akhir sebenarnya kita belum tahu tetapi hanya
mengira-ngira atau menerka.
Karena
kita berpikir bahwa 1+1=2. Jadi kalau saya mau rangking 1, berharap jadi juara
kelas maka saya harus belajar giat dan akan mendapatkan rangking 1 jadi juara
kelas. Kalau belajarnya bersantai-santai tentu tidak mungkin jadi rangking 1,
apalagi yang tidak belajar tidak akan mungkin dapat nilai baik.
Saya
mau kaya, saya harus berharap uang banyak jadi harus bekerja giat, berdagang
dengan tekun promosi sana promosi sini baru dapat penghasilan yang besar. Kalau
bekerja santai, berdagang seadanya ya untungnya sedikit apalagi jika hanya
menonton orang lain bekerja atau berdagang dan menunggu dikasih.
Kita
berharap, jadi kita memang harus berusaha tetapi hasil adalah sesuatu hal yang
sebenarnya bukan kuasa kita untuk mendahului jawabannya. Belum tentu yang
lulusan S3 adalah akan menjadi bos, atau belum tentu yang tidak lulus SD hanya
akan menjadi kuli. Belum tentu kita belajar siang malam dapat rangking 1. Belum
tentu gencar berpromosi dagangannya akan laris.
Di dalam
menerima hasil upaya, usaha kita inilah yang diperlukan adanya syukur dan
ikhlas. Karena jika tidak ada unsur syukur dan ikhlas maka anak-anak yang sudah
belajar giat siang malam dan hanya mendapat nilai yang biasa atau pas kebetulan
jauh dari harapan akan merasa sia-sia yang dia usahakan. Atau karena orang
tuanya tidak merasa syukur dan ikhlas maka anaknya tersebut dimarahi tanpa
memberikan rasa penghargaan terhadap usaha giat belajarnya selama ini. Mungkin malah
akan menjadikan rasa menyerah, atau berpikir belajar tidak belajar sama saja. Dan
rasa berharap pun menjadi berkurang.
Pernah
saya dengar orang tua yang berpendapat bahwa untuk apa sekolah tinggi-tinggi,
paling juga kerja sama orang, hasilnya sama saja nguli. Apakah begitu benar?
Menurut
saya kita sangat perlu harapan, kita juga harus tetap berusaha. Jadi kita tetap
berharap masuk surga, berharap kaya, berharap sukses, berharap jadi bintang
kelas lalu kita haruslah tetap berusaha, berusaha sebaik-baiknya kita bisa lalu
kita harus menerapkan rasa syukur dan ikhlas agar harapan dan usaha kita yang
mungkin hasilnya tidak sesempurna seperti apa yang kita pikirkan tetap menjadi
hasil yang terbaik untuk kita. Itulah yang lebih baik, bukan untuk disesali,
menjadi emosi dan menjadikan kita berhenti berharap, berhenti berusaha.
Karena
semua hal di dunia ini adalah sebuah proses, semakin prosesnya baik tentunya
nilainya akan menjadi baik. Sedangkan hasil bukan kuasa kita, karena yang kita dapat
adalah memang itu yang terbaik untuk kita yang wajib kita syukuri dengan
ikhlas.
Nilainya
ada di harapan baik kita, proses yang kita jalani dengan benar untuk
mewujudkannya dan rasa syukur dan ikhlas menerima setiap apa yang kita terima. Sehingga
kita menjadi manusia/ individu yang selalu berpikir positif, memberi warna
cerah bagi sekitar.
Anak
sekolah yang selalu rajin belajar, berangkat sekolah tepat waktu. Pekerja yang
tekun, loyal, jujur. Pemimpin yang tegas, berwibawa. Yang kesemuanya adalah
manjadikan kita baik, dimanapun tempat, di situasi dan kondisi apapun, di waktu
kapanpun.
No comments:
Post a Comment