Sudah banyak ditemukan pasien dengan kasus Autoimun, yaitu penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh seseorang.
Ada banyak jenis penyakit yang terjadi akibat kondisi autoimun
seseorang, salah satunya AIHA seperti yang saya alami sendiri. Menurut
penjelasan dokter dan yang saya baca AIHA itu ya semacam kekebalan tubuh yang
berlebihan dan malah menyerang sel darah merah di dalam tubuh itu sendiri, itu
pemahaman saya secara spesifik lagi bisa anda cari pengertian dan banyak jenis
penyakit akibat kondisi autoimun.
Awalnya saya merasa tidak enak badan, badan
cepat lemas, tubuh semakin kurus dan makan yang susah. Sering berobat di dokter
umum dengan beragam diagnosa, yang tipes, maag, kurang gizi. Sering juga berobat
ke alternatif yang pakai macam-macam cara. Mendapat penanganan lebih serius
dikarenakan ada atasan saya yang menanggung biayanya, maka saya sanggupi untuk
rawat inap di klinik. Pertama kali itu saya dicek secara keseluruhan, cek
darah, cek feses, cek dahak, cek urine. Pada sistem pencernaan didiagnosa
kekurangan albumin dan memang kekurangan banyak gizi dan cairan. Tetapi yang
baru saya pernah tahu ternyata Kadar Hemoglobin saya hanya 4. Dari temuan
itulah saya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten dan disana mendapat
penanganan lebih serius dengan penambahan elektrolit, albumin, zat gizi
tambahan dan terutama tranfusi darah.
Sempat bertahan setengah tahun dari tranfusi
pertama, saya kembali ditranfusi karena HB yang turun kembali menjadi 6. Sedang
tranfusi yang ketiga berjarak sekitar 1 tahun dan ditangani di Rumah Sakit
Daerah Kabupaten yang sama.
Sempat tidak melanjutkan berobat dan kontrol, sebenarnya kepingin tapi berhubung keadaan ekonomi yang sudah tidak mencukupi sehingga saya pending atau berhenti beberapa saat. Karena keadaan itu pula saya beranikan diri untuk mengajukan bantuan dari pemerintah desa.
Saat angin segar datang, bantuan yang
diharapkan disetujui maka saya beranikan diri untuk kembali berobat dengan
meminta rujukan dari puskesmas setempat lalu dianjurkan langsung ke Rumah Sakit
Daerah Provinsi. Saya sangat syukuri hal tersebut, karena di RSUD Provinsi
inilah saya mendapat penanganan lebih serius, pelayanan yang maksimal walaupun
bagi saya yang pasien kelas III dengan dana bantuan pula. Hanya saja tranfusi
darah yang ke empat dan selanjutnya ternyata berjarak tidak terlalu jauh,
berkisar satu bulan sekali. Malah pernah baru dua minggu HB saya sudah turun
kembali menjadi 5 padahal setiap kali tranfusi selalu ditarget minimal HB meningkat
hingga 9 sampai dengan 10.
Setiap bulan bolak balik ke rumah sakit untuk
tranfusi dan perbaikan gizi serta program pengobatan yang selalu diteliti oleh
dokter, bahkan pernah juga diprogram pengobatan TBC karena kondisi paru-paru
yang terdiagnosa TB hingga selesai 6 bulan hingga akhirnya diprogram obat
Sandimun neoral, Methylprednisolone dan Lansoprazole syukur kadar Hemoglobin
saya bisa meningkat sedikit demi sedikit. Yang tadinya terakhir tranfusi,
seingat saya sudah yang ke 21 kali kadar Hemoglobin 7 meningkat menjadi 10 pada
kontrol satu bulan kemudian. Terapi sandimun tersebut dilanjutkan hingga saat
ini untuk menekan sistem imunitas saya yang berlebihan, bahkan saat ini kadar
HB saya sudah mencapai 10,7.
Sebenarnya diagnosa AIHA yang dimaksudkan
termasuk ke dalam golongan autoimunitas sudah terdiagnosa satu tahun sebelum
terapi sandimun dimulai. Yaitu pada saat cek MDT (Morfologi Darah Tepi) dan
sudah pula dimulai terapi obat-obatan untuk menekan sistem imun yaitu
Lanzoprazole, Methylprednisolone ditambah vitamin B dan mineral Adfer,
curmavit. Hanya saja walaupun konsumsi obat-obatan yang sama dengan pasien
autoimun yang lain (berbeda penyakit) akan tetapi kondisi tubuh dan kadar HB
saya tetap saja tidak stabil dan cenderung menurun.
Dokter yang menangani saya mengatakan bahwa
terapi obat ini seterusnya akan tetap dilakukan dimaksudkan untuk menekan
sistem imunitas yang berlebihan sehingga kadar HB saya yang utama di sel darah
merah bisa tetap stabil dan diharapkan meningkat atau mengalami perbaikan.
Saya kurang tahun efek dari obat-obatan
terapi ini, akan tetapi yang saya rasakan seperti kondisi pencernaan yang
kurang stabil dan sering melilit, buang air besar yang sering terasa perih dan
seperti diare, sering kantuk dan tidur panjang juga persendian dan kulit yang
kadang seperti bengkat atau tembem jika beraktifitas berlebihan.
Itulah sedikit cerita dan pengalaman
pengobatan yang saya alami hingga akhirnya mendapatkan terapi yang cocok untuk
autoimun yang saya derita. Untuk selanjutnya saya tetap harus menjalani terapi ditambah
konsusmsi makanan yang sesuai untuk autoimun dan menghindari juga makanan yang
memicu imunitas tubuh kita. Dilema memang, itu juga pendapat dokter yang
menangani saya. Karena tubuh kita itu butuh proteksi/ perlindungan yaitu
imunitas akan tetapi di sisi lain sistem perlindungan imunitas tersebut mau
tidak mau harus ditekan karena bekerja tidak semestinya atau istilahnya
menyerang sel tubuh yang lain.
No comments:
Post a Comment