Assalamu’alaikum Wr. Wb. Nih my friend. Kali ini
kita bahas Bolpoin yuk! Pena bolpoin atau bolpen (bahasa Inggris: ballpoint
pen) adalah
alat tulis yang ujungnya menggunakan bola kecil yang berputar untuk mengontrol pengeluaran tinta kental yang disimpan dalam kolom berbentuk silinder. My friend! ujung bolpen berupa bola kecil dari kuningan, baja, atau tungsten karbida yang diameternya berbeda-beda, umumnya 0,7 hingga 1,2 mm. Besar diameter bola berpengaruh pada ketebalan tulisan di atas kertas. Tinta kering dalam seketika setelah bersentuhan dengan kertas. Bolpoin berbeda dengan pulpen loh my friend, bolpoin berharga murah dan bebas pemeliharaan. Pulpen menggunakan tinta encer, bolpoin menggunakan tinta kental dan lengket. Hal inilah yang menyebabkan tak mudah bocor ke ujung sehingga bola menjadi belepotan.
alat tulis yang ujungnya menggunakan bola kecil yang berputar untuk mengontrol pengeluaran tinta kental yang disimpan dalam kolom berbentuk silinder. My friend! ujung bolpen berupa bola kecil dari kuningan, baja, atau tungsten karbida yang diameternya berbeda-beda, umumnya 0,7 hingga 1,2 mm. Besar diameter bola berpengaruh pada ketebalan tulisan di atas kertas. Tinta kering dalam seketika setelah bersentuhan dengan kertas. Bolpoin berbeda dengan pulpen loh my friend, bolpoin berharga murah dan bebas pemeliharaan. Pulpen menggunakan tinta encer, bolpoin menggunakan tinta kental dan lengket. Hal inilah yang menyebabkan tak mudah bocor ke ujung sehingga bola menjadi belepotan.
Awalnya friend, alat tulis yang menggunakan tinta adalah pena, dan tinta yang digunakan terpisah. Konon, pada tahun 1.000 SM terjadi revolusi
alat tulis saat Cina memakai kuas rambut sebagai alat tulis. Kuas itu
menggunakan tinta kering dari jelaga atau arang yang penggunaannya seperti cat
air. Kebayang kan repotnya, apalagi my friend yang suka
ngerjain PR di bus, wah kalo goyang-goyang bisa tumpah semua tuh tintanya.
Sekitar 400 SM, ”lahir” pena yang terbuat
dari batang alang-alang untuk menulis di atas kertas papirus. Pena jenis
semacam ini dapat ditemukan di Mesir dan Armenia, sedang Kairo dan Alexanderia
terkenal sebagai pasar utama barang-barang tersebut. Sekarang pun masih banyak
orang di sepanjang pantai Teluk Persia yang mengumpulkan batang alang-alang untuk
keperluan itu, sedangkan pemasarannya menyebar ke sebagian negara Timur.
Kabarnya, pena itu batten cocok dengan tinta dan kertas yang digunakan di sana.
Alang-alang yang dipilih biasanya yang berbatang sangat kecil namun kuat.
Setelah dipotong, alang-alang tersebut disimpan secara khusus, misalnya
disimpan di bawah timbunan pupuk kandang selama beberapa bulan. Hasilnya,
selain berubah warna hitam bercampur kuning, batang akan semakin keras dengan
permukaan yang lebih halus.
Seiring dengan
berkembangnya mutu kertas, maka menuntut pena yang lebih halus. Bulu angsa pun
jadi pilihan. Jika merujuk kiasan yang ditulis St. Isodore dari Sevile, pena
bulu baru muncul pada abad VII. Meski banyak yang menduga pena bulu telah ada
lebih awal. Setelah disortir sesuai
panjang dan tebalnya, bulu sayap dipendam dalam pasir panas agar kulit luarnya
kering. Proses ini membuat bulu mudah dibersihkan serta bagian dalamnya
mengerut dan terkelupas. Lalu bulu lembutnya diperkeras dengan mencelupkannya
ke dalam larutan mendidih yang mengandung tawas atau asam nitrat. Di tahap
akhir, ujung pena dibelah dan dibentuk agar enak dipakai. Pena bulu angsa
memepunyai peran yang penting saat itu.
Pena Baja ditemukan pada 1820, dan berangsur-angsur
mengambil alih tugas bulu angsa. Bentuknya pun beragam dari yang bundar,
runcing, dan pahat. Sekarang kita hanya menggunakan pena-pena yang dihasilkan
dari pabrik, siap pakai untuk segala tujuan.
Pada tahun 1828, orang mulai mengenal pena baja
yang diperkenalkan John Mitchell dari Birmingham Inggris. Seharga kira-kira 7,5
liter beras sekarang ini. Sayang, saat itu orang merasa tidak nyaman memakainya
jika setiap kali pena baja itu harus dicelupkan ke dalam tinta.
Tahun 1884, muncullah pulpen berkantung tinta
dengan prinsip kerja pipa kapiler yang salah satunya dibuat oleh orang Amerika,
Lewis Edson Waterman. Pena ciptaan Waterman ini memang telah membuat revolusi
tersendiri dalam bidang penulisan. Sebab manusia tak perlu lagi berulang kali
mencelupkan pena ke dalam tempat tinta setelah selesai menulis beberapa kata.
Waterman telah menggunakan blueprint berbalut iridium emas pada mata pen
tersebut. Ia juga merupakan orang yang pertama meletakkan klip pada penutup
pen.
Model pena
berikutnya adalah pulpen yang mengandalkan bola logam di ujung pena yang akan
terus terendam cairan tinta dari kantung tinta. Maka pulpen dilengkapi tutup
atau tombol mekanis yang mencegah tinta mengering di ujung. Pulpen pernah
sangat populer di Inggris terutama selama PD II (1939-1940) yang kala itu
banyak disukai para pilot tempur karena tidak bocor saat dibawa terbang.
Berbagai
archetypal dan bentuk, banyak dibuat kala itu. Namun, archetypal yang batten memuaskan
adalah karya kakek Lazlo Biro, seorang jurnalis dari Hungaria yang menyempurnakan pulpen bersama saudara
lelakinya, Paman George seorang ilmuwan. Mereka mengembangkan ujung pen
yang baru berupa sebuah bola yang dapat berputar dengan bebas pada sebuah lubang tuh, jadilah bolpoin.
Bolpoin dipatenkan
di Argentina pada 10 Juni 1943 dan dijual dengan merek
Birome, yang masih bertahan hingga saat ini. Pada waktu yang bersamaan, di Amerika Serikat, Milton
Reynolds
asal Chicago membeli alat tulis baru itu. Ia kemudian menyempurnakannya
dan menjualnya kepada tentara Amerika. Namun bolpoin itu masih belum sesempurna
bolpoin yang ada pada saat ini.
Franz
Szech,
seorang warga California, berusaha mencari tinta yang
sempurna dan berhasil membuat tinta tersebut dari dapur rumahnya.Tinta itu jauh
lebih awet dan tahan lama berada dalam bolpoinnya, namun sayangnya tinta itu
lambat laun menjadi kering bila terkena udara.
Setelah perang
dunia II usai, orang-orang berkumpul di etalase pusat pertokoan Gimbels di New York. Di etalase ini disediakan sebuah tanki air besar
yang dikerumuni oleh pengunjung. Tangki air ini digunakan untuk
mendemonstrasikan alat tulis berupa pena yang digunakan di bawah permukaan air.
Pena tersebut dipromosikan menggunakan tinta buatan Szech.
Tahun 1960-an mulai dikenal pena berujung lembut yang
kita sebut spidol. Ini terobosan baru, karena mata penanya terbuat dari plastik
berpori, kantung tintanya pun mengandung sintetis yang berserat. Sedangkan cara
kerjanya seperti spons menyimpan air. Menilik kelebihan setiap jenis pena maka
timbul gagasan untuk memadukannya. Hasilnya pena rolling brawl dengan bola di
ujung mata pena seperti bolpen, namun menggunakan tinta cair yang tersimpan
aman di kantung seperti pada pulpen atau spidol. Saat dipakai, ujung pena akan
meluncur nyaman pada permukaan kertas layaknya menggunakan pulpen atau spidol.
aatyper@bahari
No comments:
Post a Comment